Jangan menghina barang yang kecil kerana jarum yang kecil itu kadang-kadang menumpahkan darah.
Jiwa yang tidak membaca Al-Quran umpama telefon bimbit yang kehabisan bateri. Betapa canggih sekalipun fungsinya dan betapa mahal sekalipun harganya, ia tetap tidak berguna jika kehabisan bateri. Begitulah jiwa yang mati, betapa segak, cantik, bertenaga dan anggun sekalipun jasad luaran seseorang, tanpa Al-Quran segalanya tidak bermakna.

06 July, 2011

susah sikit tapi .... itulah...


"Siapa yang menahan marah, padahal ia boleh melepaskan kemarahannya, maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya." (HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi)

Tahap kekuatan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeza. Ada yang mampu menghadapi kesusahan dengan perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil tetapi dianggap begitu besar. Semuanya bergantung pada kekuatan keimananan seseorang. Pada dasarnya, tabiat manusia yang berbagai: keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih dan kotor, berkaitan dengan kesabarannya berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan menghadapi orang lain dengan sikap pemaaf, tenang dan lapang dada.

Adakalanya, kita merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita. Kemarahan kita begitu memuncak seolah jiwa kita hilang sedar. Kita merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah. Na'udzubillah .

Menurut riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi saw. Dengan maksud ingin meminta sesuatu daripada baginda. Rasulullah pun memberinya, lalu bersabda, "Aku berbuat baik padamu." Badwi itu berkata, "Pemberianmu tidak bagus." Para sahabat merasa tersinggung, lalu mengerumuninya dengan kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.

Kemudian, Nabi saw pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa barang tambahan untuk diberikan kepada Badwi tersebut. Nabi bertanya pada Badwi itu, "Aku berbuat baik padamu?"
Badwi itu berkata, "Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat."

Pada keesokan harinya, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabat, "Nah, kalau pada waktu Badwi itu berkata sekasar yang kamu dengar, kemudian kamu tidak bersabar lalu membunuhnya, dia pasti masuk neraka. Namun, kerana aku melayannya dengan baik, maka ia selamat."

Beberapa hari setelah itu, si Badwi itu sendiri minta diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut serta dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan redha.

Rasulullah saw memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Baginda tidak panik menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah sikapnya. Kalau pun saat itu, dilakukan hukuman terhadap si Badwi, tentu hal itu bukan kezaliman. Namun, Rasulullah saw. tidak berbuat demikian. Baginda tetap sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan lemah lembut. Pada saat itulah, baginda ingin menunjukkan kepada kita bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda.

Adakalanya, Rasulullah saw. juga marah. Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Malah, kemarahan itu pun bukan kerana masalah peribadi sebaliknya kerana agama Allah.
Rasulullah saw. bersabda, "Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa), dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam)." (HR.Bukhari)

Sabda baginda, "Bukanlah seorang mukmin itu suka mencela, mengutuk, kata-katanya keji dan kotor." (HR. Tirmidzi)

Seorang yang mampu mengawal nafsu ketika marahnya memuncak, dan mampu menahan diri di kala mendapat ejekan, maka orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi dirinya mahupun masyarakatnya. Seorang hakim yang tidak mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil. Seorang pemimpin yang mudah tersalut nafsu marahnya, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Lalu ia akan sentiasa menimbulkan sikap permusuhan dalam masyarakat.

Begitu juga pasangan suami isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Mereka tidak akan mampu melayarkan bahtera hidup. Masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.

Bagi orang yang beriman, kesabarannya bertambah besar dalam menghadapi sesuatu masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan begitu saja, sekalipun telah menjadi haknya. Orang yang demikian, akan mampu menguasai diri, menahan amarah dan mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut. Wajib baginya, melatih diri dengan cara membersihkan diri dari penyakit-penyakit hati seperti ujub dan takabbur, riak, sum'ah, dusta, mengumpat dan sebagainya. Seterusnya diikuti dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah, demi meningkatkan darjat yang tinggi di sisi Allah swt.

No comments: